03/09/10

CARI AKHWAT = CARI OBAT

“Akh, ada yang bisa cariin ana akhwat, gak?”

“???????”

“E… maksudnya buat temen ana. Si ucup setelah lulus sekolah Mau nikah.”

“Huhhh.. ente nih, ngomong gampang banget. Minta cariin akhwat dah kaya minta cariin obat!”

Sekiranya demikian dialog singkat namun menggugah selera yang terlontar dengan renyah di bibir para Ikhwan sehabis mentoring di sebuah tempat yang penuh kenangan dan yang selalu ane rindukan. Yang pasti dari apa yang di bicarakan tersebut, tercetuslah satu statement “nyari akhwat dah kaya nyari obat”. Beberapa detik kemudian setelah kalimat itu keluar, ane berfikir ada benarnya juga statement tersebut. Setridaknya ada beberapa persamaan antara akhwat dan obat ( jangan melihat hal ini dengan mata negatif ya, ambil aja hikmahnya hehe J )

Sekiranya demikian dialog singkat namun menggugah selera yang terlontar dengan renyah di bibir para Ikhwan sehabis mentoring di sebuah senja yang membuncah dari tempat yang penuh hikmah. Yang pasti, dari apa yang dibicarakan tersebut, tercetuslah satu statement “nyari akhwat dah kaya nyari obat”. Beberapa detik setelah kalimat itu keluar, ane berfikir ada benarnya juga statement tersebut. Setidaknya ada beberapa persamaan antara akhwat dan obat (jangan melihat hal ini dengan kaca mata negatif, ya. Ambil hikmahnya aja. Hehe):

Sama-Sama Menyembuhkan Penyakit.

Bedanya, kalau obat menyembuhkan penyakit fisik, sedangkan akhwat menyembuhkan penyakit MTK alias Malarindu Tropi Kangen yang sebelumnya diawali dengan gejala ‘BPKB’ alias Butuh Perhatian, Kedamaian, dan Belaian. (cieilaa ^^)


Ikhwan (laki-laki) konon adalah makhluk yang berhati tegar, anti lembek hati, dan kokoh dalam menahan beban kehidupan. Makhluk inilah yang juga konon menjadi tempat sandaran dan berlindung, bagai pohon rindang yang menjadi tempat berteduh di kala gersang. Namun siapa sangka, ternyata sosok ini pulalah yang mudah goyah kekuatannya oleh sosok lembut bernama akhwat (wanita). Kalau sudah begitu, bisa dipastikan bahwa ikhwan tengah menderita virus ‘merah jambu’ dan harus segera diobati. Lantas apa obatnya? Tentu saja akhwat. Karena akhwat yang menyebabkan hati ikhwan gundah, maka akhwat pulalah yang dapat menjadi penawarnya.

Namun dalam hal ini, selayaknya mencari dan menggunakan obat pada umumnya, pada ‘obat’ ini pun ada poin-poin yang harus diperhatikan.

Cocok-Cocokan.

Tidak selalu obat yang sama cocok kepada semua orang. Cocok atau tidak dapat ditentukan dari pemahaman diri. Hal ini penting sekali, karena jika salah-salah obat bukannya sembuh malah makin parah sakitnya! Pun demikian dalam memilih akhwat.

Tidak semua akhwat cocok dengan ikhwan manapun, begitu pula sebaliknya. Maka dari itu sebelum memilih akhwat, hendaklah memperhatikan bebet, bibit, dan bobotnya. Jangan karena bagus kemasannya, lantas tanpa pikir panjang langsung memilihnya. Seperti memilih obat pula, lihat dulu komposisinya, efek sampingnya, dan kadaluarsanya. Artinya jangan sampai memilih tanpa tahu kekurangan dan kelebihannya. Maka tatkala kita sudah paham luar dalamnya, bukankah kita akan lebih ikhlas meminum obatnya? Dan bukankah keikhlasan mendatangkan rahmat-Nya? Jangan sampai ada penyesalan di hari kemudian.

Namun jangan khawatir, Allah SWT itu Maha Adil. Dia tidak akan mendzholimi hamba-Nya, kecuali hamba-Nya itu sendiri yang berbuat dzholim kepada dirinya sendiri. Allah SWT akan mempertemukan ikhwan dan akhwat yang seusai kapasitasnya sebagaimana memberikan obat kepada pasien sesuai dosisnya. Artinya barang siapa yang sholeh, maka akan dipertemukan dengan akhwat yang sholehah (wah temen ane sensitive bener kalo udah denger kata akhwat sholehah,akhwat idol hahaha); barang siapa yang jahat, maka akan dipertemukan dengan akhwat yang jahat pula; dan lain sebagainya.

Gunakan Sesuai Aturan

Semua ada aturannya, termasuk menggunakan obat. Kalau obat harus sesuai anjuran dokter, maka akhwat harus sesuai anjuran Islam. Anjuran-anjuran tersebut dibuat untuk kebaikan dan kesembuhan. Jangan sampai yang didapatkan hanyalah kesembuhan sesaat, bukan kesembuhan sejati. Untuk itulah harus ditaatinya aturan-aturan yang telah ditentukan.

Hal ini misalnya, gunakan pada waktunya. Waktu di sini mengacu pada prasyarat dalam kematangan diri, baik lahir mau pun batin, sebelum menerima ‘obat’. Aturan lainnya adalah tidak boleh melebihi dosis karena akan berakibat buruk jika diri ini tidak mampu ‘menanganinya’.

Jangan Coba-Coba

Buat sehat kok coba-coba?

Buat bahagia kok coba-coba?

Pilih akhwat jangan sampai coba-coba, karena hasilnya juga akan coba-coba. Namun dewasa ini kerap sekali perbuatan coba-coba yang dilakukan oleh sepasang muda-mudi yang biasa dikenal sebagai pacaran. Perbuatan ini cukup buruk. Selain bukan akhlak Islam, perbuatan ini juga akan membuat hati ini tidak perawan lantaran telah sering disinggahi oleh banyak hati yang bukan mahromnya. Jangan sampai kita memberikan hati yang tidak perawan kepada pasangan hidup kita nantinya. Jika kembali dianalogikan sebagai obat, maka pacaran adalah obat sementara penawar sakit. Bukan obat sebenarnya. Cepat atau lambat akan sakit kembali. Apabila seperti ini terus, maka tubuh akan memberikan proteksi kepada obat-obat yang pernah digunakan, sehingga obat tersebut tidak dapat efektif menyembuhkan. Dan ketika kita terbiasa pacaran, yang artinya sudah terbiasa berganti-ganti dambaan hati, maka ketika muncul cinta sejati ia tidak akan bisa merasakan nikmatnya cinta pertama kembali.

Obat yang benar bukanlah pacaran, melainkan langsung pada cara yang tepat, yaitu menikah. Dengan cara yang benar seperti ini, penyakit tidak akan hilang dengan tuntas dan tidak ada penyakit lain jika memang diniatkan beribadah karena Allah SWT. Efek yang ditimbulkannya pun akan menyehatkan dan menyegarkan.

Semua ada waktunya. Cari akhwat pun ada waktunya, semua terkait dari syarat dan kapasitas ikhwan dalam mencari akhwat. Pilihan untuk mengkhitbah akhwat adalah pilihan yang matang dan bukan lagi main-main.

Yakinlah, semua akan indah pada waktunya, yeah!

Jika Sakit Berlanjut, Hubungi Dokter

Sebuah penyakit akan hilang 100% setelah meminum obat. Pada teorinya memang demikian. Namun jika tidak diimbangi dengan menjaga kesehatan dan mengikuti pola hidup sehat maka tidak menutup kemungkinan penyakit itu akan muncul lagi.

Lalu dengan apa menjaga kesehatannya? Serahkanlah pada yang ahlinya. Bisa kepada senior-senior yang lebih dulu berpengalaman dalam cinta. Atau bisa kepada konsultan cinta yaitu guru-guru spiritual yang dapat dipercaya. Namun dari segala dokter cinta yang ada, pastikan untuk rutin chek up kepada Allah SWT, sehinga hati ini selalu tenang dan nyaman.

Jangan lupa juga untuk mencontoh Rosulullah SAW, sosok teladan no.wahid yang tidak akan tergeser peringkatnya sampai kapan pun. Ikuti bagaimana Rosulullah SAW menjaga hubungan dengan isteri-isteri dan keluarganya dengan penuh cinta dan berkah sebagai ibadah kepada Allah SWT.

Dan jika masih terdapat gangguan, yakinlah bahwa Allah SWT tengah menguji hamba-Nya dengan penuh cinta.

Allahu’alam…

^_^

Sumber : http://www.bukanorangsuci.co.cc/2010/04/20/cari-akhwat-cari-obat/

7 komentar:

Anonim mengatakan...

si mas aril ga ada kerjaan lain selain ngomongin/mikirin akhwat ya --!

dawaisanda mengatakan...

si aduh... kacida pisan siapa yg kau bicarakan...
haha.. good, i like it ..

mochamad syafril mengatakan...

hahaha :P

DN. Amelia mengatakan...

heleeeeeeuh serem banget kayak jadi obat hahaha

Stela Hadinah mengatakan...

tiga "ta" yg bisa bikin pria tak berdaya:
harta, tahta, n wanita, and yg "ta" yg paling berbahaya ini wanita, so becareful yah you guys :D

qathrunnada mengatakan...

hahaha , iya nih anak ikhwan obrolannya udah kelas berat wkwk

Unknown mengatakan...

Waaaah Baguuus nyaaaa @_@

#sekarang mana bebek ciken ?!!

Posting Komentar